Kamis, 12 Oktober 2017 15:16
Di sebagian wilayah, pernikahan sedarah atau inses seringkali masih banyak dilakukan.
Padahal, banyak penelitian yang mengungkapkan hasil hubungan biologis sedara akan memberikan dampak pada keturunannya kelak.
Entah itu kelainan atau bahkan kecacatan fisik.
Hal itu pula yang dialami oleh sebuah keluarga di wilayah pedesaan Bangladesh.
Dikutip dari Sriwijaya Post yang melansir dari Metro, Tripti, seorang warga di pedesaan Bangladesh melakukan pernikahan sedarah.
Di Bangladesh, menikah dengan saudara kerap kali terjadi karena jumlah lelaki di sana relatif sedikit.
Begitu pula yang terjadi pada Tripti.
Ia menikah dengan saudara sepupunya yang bernama Hossain saat usianya baru menginjak 13 tahun.
Tiga tahun setelah menikah, akhirnya mereka pun dikaruniai seorang bayi laki-laki.
Namun, hal yang tidak pernah ia pikirkan terjadi.
Saat bayinya lahir, Triti dan keluarganya terkejut bukan main.
Hal tersebut dikarenakan fisik bayi yang dilakhirkan Triti tampak seperti orang tua berumur 80 tahun.Bayyezid saat lahir. (http://cdn2.tstatic.net)
Bayi yang diberi nama Bayyezid ini tampak memprihatinkan.
Dokter yang menangani Bayyezid mengatakan jika ia mengidap penyakit Progeria.
Yakni sebuah penyakit yang menyebabkan usianya tampak lebih tua.
Kulit Bayyezid terlihat kendur, giginya pun keropos, dan sendi-sendi tubuhnya lemah.
Bahkan, tetangga sekitar sangat takut melihat kelainan yang dialami oleh Bayyezid.
Tripti, sang ibu pun sempat tak percaya ia melahirkan anak dengan kondisi seperti itu.
Tapi, setelah DNA dilakukan, ia mulai menerima kenyataan tersebut.Bayyezid kini berusia 4 tahun. (http://assets.kompas.com)
Pada kasus Bayyezid, usia maksimal pengidapnya diperkirakan hanya mencapai 13 tahun.
Kondisi yang dialami oleh bayi Tripti ini dikarenakan perkawinan sedarah yang dilakukannya.
Ketika dua orang masih memiliki hubungan persaudaraan yang dekat atau hubungan darah, dan genetik yang hampir sama sehingga kelebihan dan kekurangannya hampir sama atau sama.
Hal itu memperbesar kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada keturunannya.
"Dia tak seperti anak-anak kebanyakan, ia terlihat seperti orang tua," ujar Tripti.
Selain dijauhi oleh penduduk setempat, anak-anak seusia Bayyezid tak berani bermain bersamanya.Bayezid tetap ceria seperti anak seusianya. (http://cdn2.tstatic.net)
Tripti dan keluarganya pun sudah mengusahakan berbagai upaya agar Bayyezid dapat sembuh dari
kelainan yang dideritanya.
"Kami telah menghabiskan biaya senilai RP 58 juta, namun hasilnya tetap sama bahkan lebih buruk dari hari ke hari," ungkap Lovelu, ayah dari suami Tripti.
Lovelu mengaku sedih mengetahui cucunya terlahir dalam kondisi memprihatinkan ini.
"Bagaimana pun, tragis bagi para orang tua mengetahui anaknya tidak akan hidup lama," kata Lovelu. (TRIBUNNEWS.COM/Salma Fenty Irlanda)