Namun saat ia melihat bahwa saya tidak pernah mempermasalahkan status sosialnya, bahkan tulus dan sepenuh hati menerima keadaannya yang sebagai seorang “pemulung”, akhirnya ia pun tidak tega lagi untuk menyembunyikan hal ini pada saya.
Saat mendengar penjelasannya, mataku pun mulai berkaca-kaca dan menangis terisak, saya merasa bangga dan beruntung mendapatkan sosok pria/suami yang pernah sukses ini.
Saya tidak mementingkan seberapa kaya harta yang dimiliki seorang pria, tapi saya lebih peduli dengan ketulusan seseorang.
Mengingat kehidupan saya dengan suami pertama yang begitu hampa, namun sekarang saya telah menemukan seseorang yang dapat mendampingi saya seumur hidup.
Bukanlah uang dan hartanya yang menarik perhatian saya, namun ketulusan hatinya.
Saya berharap agar pernikahan kami yang baru seumur jagung ini akan bahagia selamanya dan suami saya yang sekarang ini akan selalu hidup dalam kesederhanaan seperti yang saya dambakan selama ini. (*)