Pengungsi Rohingya
Perjuangan seorang anak menyelamatkan diri dari kekejaman rezim Myanmar mengundang simpati.
Tak melarikan diri di kampung halaman di negara bagian Rakhine, Myanmar bagi etnis Rohingya sama saja bunuh diri.
Dunia sudah mengetahui kekejaman dan kebiadaban tentara Myanmar.
Rumah-rumah milik warga Rohingya dibakar.
Orang-orangnya dibunuh secara keji dan tanpa kemanusiaan sama sekali.
Nyaris seluruh stasiun televisi menggambarkan arus pengungsi dari Rakhine menuju perbatasan Bangladesh.
Mereka hidup memprihatinkan dengan pertaruhan nyawa hidup dan mati.
Untuk sampai di perbatasan Bangladesh bukan perkara mudah.
Ada yang menyeberangi laut, sungai dan hutan.
Perjalanan itu bukan tanpa risiko.
Selain dibunuh rezim militer Myanmar jika ketahuan, juga tantangan alam yang begitu besar.
Bahaya dan kematian ada di depan mata.
Namun, para orang tua, wanita dan anak-anak berjuang melewati tantangan itu.
Mereka ingin merdeka dan damai seperti manusia lainnya di muka bumi.
Kekurangan makanan, kelaparan dan serangan penyakit sudah pasti mereka rasakan.
Penderitaan itu datang bertubi-tubi.
Seolah-olah mereka hanya menjadi bagian kehidupan manusia lain di dunia ini.
Padahal, secara kemanusiaan mereka berhak hidup tanpa melihat agama, suku dan asal negara.
Di Indonesia sejumlah doa dan bantuan terus mengalir untuk etnis Rohingya.
Terkesan ada upaya Myanmar untuk menghabisi seluruh etnis Rohingya.
Di balik berita kekejaman itu, ada kisah menyentuh hati yang dialami etnis Rohingya.
Beberapa waktu lalu, AA Gym pernah mengunggah foto seorang anak yang membawa kedua orangtuanya menggunakan bakul.
Dia memanggul bakul itu dan berjalan selama berhari-hari untuk menuju Bangladesh.
Pemuda itu tak mau meninggalkan orangtuanya yang sudah renta.
Kisah serupa dibagikan akun Facebook Inilah Aku Apa Adanya.
Sebuah unggahan video yang mengundang simpati netizen.
Seorang pria Rohingya berkata bahwa dia telah berjalan dengan menggendong ibunya selama 12-13 hari untuk sampai di perbatasan Bangladesh.
Tidak ada barang berharga yang bisa dia bawa saat mengungsi, karena satu-satunya yang berharga baginya adalah ibunya.
Ya Allah muliakan pemuda ini krn sebab ibunya & jagalah mereka berdua & semua saudara2 muslim kami yg ada di sana . aamiin
Begitu unggahan status akun Facebook itu.
Video yang ditonton lebih dari 43 ribu kali itu menggambarkan pemuda berbaju merah menggendong ibunya yang renta.
Saat direkam, dia sudah sampai di titik yang ditujunya.
Meski tidak jelas apa yang dibicarakannya, tampak kedua orang ini sangat lemah dan kelelahan.
Sang ibu yang turun dari punggung anaknya langsung terduduk di tanah.
Perempuan renta itu hanya terdiam.
Tampak kesedihan yang terpancar dari wajah-wajah etnis Rohingya ini.
Ini komentar netizen:
Egi Saputra Yaa Allah jadi ingeet ibu
Yuni Sara Ya Allah lindungilah dia ya Allah
Suryasuryanto Amiinnn... Yaallah selamatkan mereka berdua...
Kawol Ambon amin semoga di beri kesehatan semua
Adiba Asilla Ya allah lindungi lah saudara kami disana,aminn,
Rido Roma Yaa allah mudah kan lah segala urusan nya,aamiin
Ahmad Ilham Subehanallah, ibu lebih berharga dari apapun dinia ini?
Egi Saputra Yaa Allah jadi ingeet ibu
Yuni Sara Ya Allah lindungilah dia ya Allah
Suryasuryanto Amiinnn... Yaallah selamatkan mereka berdua...
Kawol Ambon amin semoga di beri kesehatan semua
Adiba Asilla Ya allah lindungi lah saudara kami disana,aminn,
Rido Roma Yaa allah mudah kan lah segala urusan nya,aamiin
Ahmad Ilham Subehanallah, ibu lebih berharga dari apapun dinia ini?