Kenali Tantrum Pada Anak Yang Terjadi Secara Tiba-tiba, Ini Bukan Hanya Untuk Mencari Perhatian Orang Tua




ADU KUAT SAAT ANAK ALAMI TANTRUM, ORANG TUA PERNAH ALAMI HAL INI?


Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja.

Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-5 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini.

Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-5 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini.

Latar Belakang TantrumUsia 0-3 tahun merupakan masa anak untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang ia kehendaki tak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan sebagainya merupakan suatu rasa yang wajar dan natural. Namun kerapkali, tanpa disadari orang tua ‘menyumbat’ emosi yg anak rasakan.

Misalnya saat anak menangis karena kecewa, orangtua dengan berbagai cara berusaha menghibur, mengalihkan perhatian, memarahi demi menghentikan tangisan anak. Hal ini sebenarnya membuat emosi anak tak tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung terus menerus, akibatnya timbullah yang disebut dengan tumpukan emosi. Tumpukan emosi inilah yg nantinya dapat meledak tak terkendali dan muncul sebagai temper tantrum.



Temper tantrum biasa terjadi karena beberapa hal pemicu Diantaranya adalah:1. Frustrasi. Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami hal ini. Misalnya, anak-anak akan menjadi cepat marah manakala mereka tidak bisa mencapai sesuatu yang sangat mereka inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak.

2. Lelah. Anak-anak yang kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yang padat dan sedikit waktu bermain akan membuat anak-anak cepat marah dan emosi.

3. Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua yang terlalu banyak mendikte dan mengekang anak, juga dapat berpengaruh bagi emosinya. Anak-anak yang merasa jenuh dengan kekangan orangtuanya, suatu saat akan mencapai titik puncak kejenuhan. Dan marah-marah adalah salah satu bentuk ledakan tersebut.

4. Sifat dasar anak yang emosional. Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya. Mereka ini cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.

5. Keinginan tak dipenuhi. Salah satu kesalahan yang sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu mudahnya membujuk anak-anak dengan iming-iming. Menangis sedikit, anak dibujuk dengan es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, dan anak-anak mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu, ia akan menangis dan mengamuk jika keinginan tersebut tidak segera dipenuhi oleh orangtuanya.

Tantrum pada anak terdiri dari dua jenis, yaitu tantrum frustasi atau tantrum manipulatif. Kedua jenis tantrum ini dapat dijelaskan melalui tindakan dan tujuan anak melakukannya. Namun, sebelum kita membahas perbedaan antara tantrum frustasi atau tantrum manipulatif, mari cari tahu dulu apa itu tantrum.

TANTRUM, BAGIAN DARI TAHAP PERKEMBANGAN ANAKTantrum merupakan bagian dari tahap perkembangan anak yang ditandai dengan ledakan emosi. Anak yang menunjukan gejala tantrum, bisa secara tiba-tiba menangis dengan sangat keras, berteriak, memukul, melempar benda, berguling-guling di lantai, menendang, bahkan membentur-benturkan kepala.

Gejala tantrum dapat muncul pada usia 15 bulan. Namun, tantrum lebih sering ditemukan pada anak berusia dua hingga empat tahun. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidak mampuan untuk mengungkapkan keinginan dengan kata-kata yang dapat dimengerti orang disekitarnya

Tantrum memiliki 2 jenis yaitu Tantrum Frustasi dan Tantrum Menipulatif

TANTRUM FRUSTASI, JIKA ANAK TIBA-TIBA MELEDAKSeperti penjelasan di atas, bisa jadi ia merasa tidak mampu mengendalikan emosi. Namun, ia sebenarnya tidak menginginkan hal tersebut. Dr. Sears, dokter spesialis anak ternama, menyebutkan bahwa tantrum frustasi dapat disebabkan kelelahan, rasa lapar, bosan, stimulasi berlebihan, atau karena sakit.

CONTOH TANTRUM FRUSTASIContohnya saja, ketika anak merasa lelah bersilaturahmi setelah lebaran atau hari besar selama seminggu penuh. Di hari terakhir, semua orang di rumah sibuk mempersiapkan diri dan nampak tergesa-gesa. Anak anda kebetulan sedang memakai baju lebaran baru yang lubang-lubang kancingnya sangat ketat. Merasa sangat kesulitan, sambil memaksa kancing-kancing tersebut masuk ke lubang, ia mulai menangis. Namun, karena tidak ada yang memperhatikan, ia mulai berteriak atau malah menendang-nendang lemari baju.

JIKA ANAK MENGALAMAI TANTRUM FRUSTASI, ANDA DAPAT MELAKUKAN BEBERAPA HAL DI BAWAH INI :1. Bantulah ia menyelesaikan pekerjaan yang dianggap sulit.
2. Tetaplah berada di sekitarnya.
3. Berikan kesempatan untuk menyendiri jika ia membutuhkan.
4. Belai atau peluk anak jika ia tidak keberatan.
5. Gunakan suara tegas namun lembut jika tantrum masih terjadi selama sepuluh ke depan.

6. Pastikan ia tidak merusak atau menyakiti diri ketika tantrum terjadi.
7. Konsultasikan dengan ahli tumbuh kembang anak jika anda telah melakukan langkah di atas namun belum berhasil.

TANTRUM MANIPULATIF, TANTRUM DIBUAT-BUAT AGAR MENURUTI KEINGINAN ANAKTantrum jenis ini berbeda dengan tantrum frustasi. Cara ini digunakan anak untuk membuat orang dewasa di sekitarnya menuruti keinginannya. Kebanyakan, tantrum ini muncul ketika anak mendapat penolakan. Lalu, anak mulai meledak sampai orang tua atau orang dewasa mengubah pendiriannya.

CONTOHNYA TANTRUM MANIPULATIFSalah satu contohnya, ketika anak berteriak dan menendang, tepat setelah anda mengatakan tidak pada terhadap kemauannya membeli es krim. Ini jelas merupakan tantrum manipulatif.

JIKA ANAK MENGALAMAI TANTRUM MANIPULATIF, YANG DAPAT ANDA LAKUKAN ADALAH MENGABAIKANNYA.Pergilah ke ruangan lain dan biarkan anak anda sendiri tanpa penonton. Namun, jika anda kuatir akan keselamatannya, tetaplah berada di ruangan dan lakukan kegiatan lain tanpa menunjukkan bahwa anda memperhatikan.

Cari Artikel

close