Disadari atau tidak, masih banyak orang tua yang belum bisa menerapkan pola asuh positif kepada anaknya. Mereka lebih senang memaki anak, membentak anak bahkan memukul. Ini jelas bukanlah pola asuh positif. Coba ubah pola asuh lama Anda dan beralih ke pola asuh positif. Bagaimana caranya?
Tantangan selalu menjadi masalah sebuah hubungan
Seperti dilansir dari laman Ahaparenting, Senin (25/5), jika anak Anda tidak menerima arahan Anda ini merupakan indikasi bahwa hubungan itu tidak cukup kuat untuk mendukung pola asuh positif. Hal ini terjadi kepada kita semua dari waktu ke waktu. Pada saat itu, berhenti dan berpikir tentang bagaimana cara untuk memperkuat hubungan, bukan bagaimana membuat anak berpikir. Mengubah situasi menjadi perebutan kekuasaan hanya akan memperdalam keretakan antara Anda.
Konsekuensi perilaku yang salah
Ketika anak berbuat salah, orang tua langsung marah, memaki anak bahkan terus menyalahkan anak. Dan mengatakan,”Tuh kan sudah ibu bilang tadi makan, sekarang lapar kan”. Padahal tidak perlu marah seperti itu juga anak akan mengerti dan memahami apa yang terjadi padanya merupakan buah dari hasil perbuatannya, konsekuensi dari perilakunya.
Ketika itu terjadi secara alami dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang luar biasa. Namun sebagian besar orang tua justru menegaskan kepada anak bahwa konsekuensi adalah hukuman.
Sebaiknya orang tua tidak melibatkan diri dalam konsekuensi yang diterima anak. Misalnya mereka tidak belajar dan gagal mengerjakan ujian dan mendapatkan nilai yang buruk. Biarkan anak belajar banyak dari penderitaan akibat dari tindakannya. Tentu saja, Anda tidak ingin itu terjadi lebih dari sekali.
Sayangnya, kebanyakan orang tua menggunakan konsekuensi sebagai hukuman. Tidak membuat anak berpikir itu adalah hasil alami dari tindakan mereka. Misalnya ketika mereka lupa makan siang hari ini, mereka lapar. Orang tua menjadikannya itu sebagai ancaman.