Reka ulang kasus tewasnya korban adu gladiator
Polisi telah menggelar rekontruksi kasus tarung Gladiator yang menewaskan Hilarius Christian Event Raharjo, Siswa SMA Budi Mulia, Kota Bogor.
Ia tewas pada Jumat, (29/1/2016) dengan kondisi banyak ditemukan bekas-bekas kekerasan di tubuhnya.
Polisi pun telah menangkap 4 pelaku yakni HZ, TB, BV, dan MS dengan perannya masing-masing.
BV merupakan pelaku utama yang menewaskan putra dari pasangan Maria Agnes dan Raharjo.
Sementara HK dan TB berperan menyuruh BV melakukan kekerasan.
Dan MS berperan sebagai wasit atau membiarkan kekerasan itu terjadi.
Berikut urutan kejadian tarung gladiator dari awal kejadian hingga Hilarius meregang nyawa, dari rekontruksi yang telah digelar anggota Polresta Bogor Kota, Senin (26/9/2017).
Janjian
Sekitar pukul 14.30 WIB, Jumat (29/1/2016), korban bersama pelaku berangkat dari sekolah menuju Taman Palupuh, belakang gedung SMAN Kota Bogor, Tegal Gundil, Bogor Utara, Kota Bogor.
Mereka telah melakukan perjanjian dengan sekolah lawannya, yakni siswa dari SMA Mardiyuana.
"Jadi kan itu kejadiannya sebelum pertandingan basket, kemudian jarak antara sekolah dengan lokasi kejadian jauh, sehingga siapapun yang datang ke lokasi itu mau tidak mau ya siap untuk bertarung," ungkap Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Ulung Sampurna.
Setelah berkumpul di Taman Palupuh, mereka langsung menentukan para 'aktor' gladiator itu.
Tersangka HK dan TB kemudian menunjuk BV untuk bertarung melawan Hilarius.
Sementara MS berperan sebagai wasit.
Jalannya Pertarungan
Pukul 15.00 WIB, mereka telah berkumpul di Taman Palupuh.
Selain korban dan BV, ada juga 4 pasang petarung lainnya yang melakukan gladiator.
Peraturannya, bila ada petarung yang menyerah, mereka harus mengangkat tangan.
Untuk kasus Hilarius, terlihat memang pertarungan mereka tidak seimbang.
Hal itu terlihat dari postur tubuh BV yang lebih besar dibanding korban.
Saat pertarungan, ternyata Hilarius kalah.
GN, seorang saksi yang dihadirkan dalam rekontruksi menceritakan kondisi Hilarius Christian Event Raharjo setelah berduel di Taman Palupuh, Kota Bogor.
Menurut GN, Hilarius mendapat pukulan serta tendangan dari lawannya.
Selama pertarungan, korban menerima tendangan di bagian perut dan pukulan tepat di pipi.
GN melanjutkan, korban tergelatak lemas usai mendapatkan tendangan maupun pukulan dari pelaku.
"ketika salah satu yang berkelahi menyerah itu angkat tangan, jadi selesai, kalau yang tahun 2016 itu mungkin korban tidak mengangkat tangan sehingga korban meninggal," ungkap Ulung.
Kejang-Kejang dan Matanya Putih
"Matanya putih, kemudian kejang juga dan masih bernafas," ucap GN seraya mempraktikan adegan rekontruksi di Taman Palupuh, Kota Bogor, Senin (25/9/2017).
Ketika itu, GN mencoba menolong korban dengan berusaha menggotongnya untuk dibawa ke sebuah pendopo.
"Waktu itu awalnya sendiri dulu pas mau ngegotong, terus saya teriak 'woy bantuin', ga lama pada bantuin dan dibawa ke pendopo," ucapnya kepada Wakasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AKP Adam M Pradana.
Sesampainya di pendopo, korban kemudian diletakkan berbaring dengan kepala menghadap ke arah selatan.
Menurut Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Achmad Chaerudin, korban ketika di lokasi kejadian memang masih bernafas.
Dibawa ke Rumah Sakit
Sekitar pukul 17.00 WIB, korban akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Azra
Namun saat korban dibawa ke Rumah Sakit (RS) korban sudah tidak bernyawa.
"Dibawa ke RS Azra, awalnya dibawa pakai motor, kemudian pas sampai dekat jalan raya dibawa pakai mobil," jelasnya kepada TribunnewsBogor.com.
Sebagai informasi, rekontruksi kasus tarung gladiator itu sendiri dilakukan selama dua jam, mulai dari pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
"Sesuai kejadian ketika itu, ada 14 adegan," ujarnya berlalu.
Bongkar Jenazah dan Autopsi
Pada Selasa 19 September 2017, polisi akhirnya kembali membongkar makam Hilarius untuk melakukan autopsi.
"Saat diautopsi, jasad Hilarius masih tampak utuh," kata Ulung.
Dari hasil autopsi Tim Forensik Polda Jabar itu, ditemukan adanya kekerasan benda tumpul di pelipis kiri dan robek pada bagian organ hati.
"Pada organ hati robek 4 sentimeter sehingga terjadi pendarahan di dalam rongga perut," jelasnya.
Kalah Jadi Abu, Menang Jadi Arang
Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Ulung Sampurna menegaskan aksi perkelahian ala Gladiator yang menewaskan siswa SMA Budi Mulia Bogor merupakan sebuah tradisi.
Tradisi tarung gladiator itu sendiri telah berjalan selama empat tahun terakhir di sekolah SMA Budi Mulia Bogor maupun SMA Mardiyuana.
"Jadi kalau berbicara motif ini adalah tradisi, tapi tidak selalu dijalani, misal tahun 2015 itu tidak ada, kemudian para alumni meminta tradisi itu diadakan di tahun 2016," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (25/9/2017).
Ulung menjelaskan bahwa, tradisi tersebut dijalankan bukan karena soal rivalitas kedua sekolah, melainkan hanya untuk mencari pengakuan saja.
"Yang menang pun tidak mendapatkan apa-apa, hanya pengakuan saja bukan sekolahnya, tapi lebih ke gengsi tim basket," katanya.
Lebih jauh dia mengatakan, hasil dari pemeriksaan terhadap tersangka, pihaknya menyimpulkan tidak ada unsur pemaksaan dalam aksi tarung gladiator itu.
"Jadi kan itu kejadiannya sebelum pertandingan basket, kemudian jarak antara sekolah dengan lokasi kejadian jauh, sehingga siapapun yang datang ke lokasi itu mau tidak mau ya siap untuk bertarung," jelasnya.
Selama tradisi tersebut berlangsung, lanjutnya, belum ada korban akibat dari perkelahian tarung gladiator sebelum kejadian akhir Januari tahun 2016 lalu.
"Sebab, ketika salah satu yang berkelahi menyerah itu angkat tangan, jadi selesai, kalau yang tahun 2016 itu mungkin korban tidak mengangkat tangan sehingga korban meninggal," tuturnya.
Hingga saat ini, pihaknya telah mengamankan empat dari lima tersangka kasus tarung gladiator itu.
"Perannya ada yang sebagai pelaku, wasit, dan menunjuk, kalau satu orang itu sebagai penunjuk, masih kita cari," pungkasnya. (Yudhi Maulana Aditama)