(Dok. Kepala SMAN 1 Pekalongan Sulikin)
Para guru diberangkatkan liburan ke Singapura oleh murid mereka, Fredy Chandra
Seorang alumni SMA N 1 Pekalongan tahun 1993 membuat heboh mantan sekolahannya.
Mantan murid yang bernama Fredy Chandra ini mendadak datang ke sekolahnya lalu mengajak seluruh mantan gurunya jalan-jalan ke luar negeri gratis.
Cerita awal mula kedatangan Fredy ke sekolah dituangkan dalam sebuah blog.
Adalah Sulikin, M.Pd , Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan yang membagikan cerita itu 21 September lalu.
Sejak Fredy datang ke sekolah lalu mengutarakan bahwa akan mengajak seluruh guru jalan-jalan ke luar negeri, Sulikin sempat tak percaya.
Bahkan ia sempat mengira Fredy sedang ngelindur karena menawarkan mimpi.
Berikut tulisan lengkap Sulikan di blognya:
MURIDKU GILA
Siang itu saya kedatangan tamu alumni SMA N 1 Pekalongan tahun 1993. Dengan penampilan yang sederhana dan penuh senyum dia menyapa saya sambil berjabat tangan.
'Siang Pak, perkenalkan saya Fredy alumni tahun 1993" begitu dia memperkenalkan dirinya.
Sambil saya persilahkan duduk, kami terlibat perbincangan yang cukup hangat dan penuh canda tawa.
"SMANSA makin maju ya pak lingkungan sekolahnya juga sudah banyak berubah, bangunannya semakin megah dan prestasinya juga makin hebat," kata Fredy.
Perbincangan kami makin akrab dan Fredy terus menerus memuji almamaternya.
"Semua telah berubah, hanya satu yang tidak berubah, kewibawaan SMA N 1 Pekalongan. Setiap alumni yang masuk ke SMA N 1, pasti akan merasakan aura wibawa penuh kenangan".
Begitulah kesan Fredy terhadap SMA N 1 Pekalongan. Setelah berbasa-basi ke sana kemari, Fredy menyampaikan maksud kedatangannya.
Dia ingin mengajak jalan-jalan Bapak ibu guru karyawan yang dulu mengajarnya.
"Saya ingin mengajak jalan jalan ke luar negeri semua guru yang dulu mengajar saya pak" begitu yang dia sampaikan.
Dalam hati saya berkata, "anak ini nglindur kali, nggak ada angin nggak ada hujan, tiba tiba menawarkan angin syurga".
Rasanya saya percaya tidak percaya dengan apa yang diinginkannya.
Karena untuk mengajak jalan jalan ke luar negeri pasti butuh biaya yang sangat banyak.
Dia cerita lagi bahwa keinginannya ini sudah timbul sejak dia masih sekolah.
Suatu saat kalau saya berhasil saya ingin mengajak Bapak ibu guru saya pergi jalan jalan ke luar negeri.
Semangat itu yang menjadikan dia sekarang menjadi pengusaha kabel FO bawah laut yang cukup berhasil.
Ternyata dia sangat serius dengan keinginannya. Tiga bulan berlalu, hari ini tanggal 20 September 2017, kami bersama dengan 65 guru berangkat ke Kualalumpur Genting Singapura selama 5 hari.
Semua gratis dengan fasilitas kelas satu. Mungkin 100 tahun yang akan datang, kami tidak menemukan lagi mantan murid gila seperti Fredi.
Semoga sukses Fred, doa kami selalu bersamamu.
Tulisan dari Sulikin, M.Pd Di Publikasi pada tanggal 21 September 2017.
Ucapan Fredy untuk memberangkat guru-gurunya itu benar-benar dibuktikan.
Tepatnya pada 19 September lalu, Sulikin dan rombongan guru yang pernah mengajar Fredy berangkat ke Bandara Soekarno Hatta.
Bukan hanya guru SMAN 1 Pekalongan yang diberangkatkan, namun juga guru Fredy di SMP Negeri 1 Pekalongan dan SD Sampangan. Totalnya mencapai 65 orang.
Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, rombongan guru langsung disambut dengan hangat oleh Freddy dan keluarga.
"Anak ini tulus sekali. Ketemu gurunya seperti ketemu orangtuanya yang lama tidak pernah bertemu. Jadi dirangkul satu-satu, ada yang dipijitin, macem-macem, pokoknya seneng sekali," ucapnya.
"Saya terharu melihat itu, kebetulan saya tidak mengajar dia, tapi kan saya kepala sekolah. Jarang saya melihat orang seperti itu," tambah dia.
Fredy tidak ikut dalam perjalanan ke Malaysia dan Singapura. Dia hanya mengantarkan para gurunya sampai Bandara Soekarno Hatta saja.
Namun, ia sudah menunjuk biro perjalanan untuk memandu para guru menikmati liburannya.
"Sebelum berangkat Fredy sempat berpesan ke biro perjalanan. Jangan sampai ada sedikit pun keluhan dari guru saya. Layani maksimal," ujar Sulikin menirukan ucapan Fredy.
Seluruh biaya perjalanan mulai dari transportasi, hotel, uang saku hingga biaya pembuatan paspor semuanya ditanggung oleh Freddy.
Bahkan Freddy menyiapkan pendamping dengan kursi roda hingga dokter untuk mendampingi para guru yang sudah sepuh.
Para guru menikmati objek wisata di negeri tetangga selama lima hari dan baru kembali pada 24 September kemarin.
"Semuanya fasilitas kelas satu. Ini perjalanan yang paling berkesan sepanjang hidup saya," ucap Sulikin.
Setahu Sulikin, Fredy kini adalah pengusaha kabel fiber optik.
Ia memang sudah bernazar sejak SMA untuk mengajak guru-gurunya jalan-jalan ke luar negeri.
Fredy bercerita ke Sulikin bahwa dia pernah mengalami kecelakaan yang cukup parah di bangku SMA.
Dalam keadaan koma itu, Fredy bermimpi dijenguk oleh para gurunya di bangku SD, SMP dan SMA.
"Dari situ Fredy berkeinginan kalau dia punya rezeki lebih ingin mengajak gurunya jalan-jalan ke luar negeri, dan ternyata sekarang benar-benar terkabul," tuturnya.
Sulikin menilai sosok murid seperti Fredy sudah sangat langka di zaman saat ini.
Murid yang mengingat jasa para gurunya saja sudah sangat jarang, apalagi sampai mengajak jalan-jalan ke luar negeri. (*/Kompas.com)